Indonesia Jika dilihat dari pengaruhnya terhadap lingkungan, pertanian - Sunda: Lamun ditilik tina dampakna kana lingkungan, tatanén konvens Butuh waktu lama agar pertanian organik benar-benar bisa diaplikasikan dan menghasilkan kualitas produk yang tinggi. Sedangkan pertanian konvensional lebih memilih jalan yang lebih mudah dalam
Masalahstruktural pertanian indonesia, jika dilihat dari sisi tekanan penduduk adalah. Masalah struktural pertanian indonesia, jika dilihat dari sisi tekanan penduduk adalah. Permasalahan Pertanian Di Indonesia Dan Cara Mengatasinya Perjalanan pembangunan pertanian indonesia hingga saat ini masih belum dapat menunjukkan hasil yang maksimal jika dilihat dari tingkat kesejahteraan petani
Vay Tiền Trả Góp Theo Tháng Chỉ Cần Cmnd Hỗ Trợ Nợ Xấu. 6 Masalah Menahun Pertanian di Indonesia yang Tak Kunjung Selesai Tanjungmeru - Indonesia terkenal sebagai negara agraris karena sebagian penduduknya bekerja di sektor pertanian. Di dalamnya, petani merupakan pelaku utama dalam sektor pertanian yang berperan penting dalam mewujudkan ketahanan pangan. Melalui petani, kebutuhan pangan rumah tangga hingga bahan baku industri dapat terpenuhi dengan baik. Namun, petani seringkali dihadapkan dengan berbagai permasalahan yang rumit. Dan tak jarang permasalahan tersebut justru menyebabkan kerugian yang besar bagi mereka. Tak tanggung-tanggung, masalah tersebut muncul setiap tahun dan masih menjadi misteri dalam penyelesaiannya. Lantas, apa saja yang menjadi masalah menahun sektor pertanian negara ini? Simak faktanya berikut ini. Pertanian dipandang sebelah mata Stigmatisasi masyarakat masih banyak menganggap bahwa pertanian hanya berujung kepada mencangkul saja. Sehingga terkesan sektor pertanian adalah jorok dan miskin. Citra sektor pertanian yang tampak kotor dan miskin didasari oleh tidak adanya bukti kuat yang mengatakan bahwa bertani itu menjanjikan. Bukan berarti seluruh petani itu miskin. Namun, kebanyakan ekonomi petani masih termasuk kelas menengah ke bawah. Krisis regenerasi petani muda Rendahnya minat regenerasi muda untuk terjun ke dunia pertanian terlihat dari statistik sebesar 61% petani berusia >45 tahun. Padahal, generasi muda adalah generasi penerus sekaligus kunci keberhasilan sektor pertanian. Jika tidak segera ditangani, ketahanan pangan nasional akan sulit dicapai bangsa ini. Salah satu program yang mulai banyak digerakkan adalah modernisasi pada pertanian itu sendiri sehingga tampak lebih baik. Pertanian digital adalah hal yang menarik untuk mengubah citra pertanian menjadi bisnis yang menarik. Rantai niaga yang merugikan petani Kesenjangan pembagian keuntungan yang didapat antara petani dan distributor, petani yang paling banyak dirugikan. Hasil yang didapat tidak sebanding dengan resiko yang dialami petani. Kondisi demikian yang menyebabkan pekerjaan sebagai petani tampaknya tidak menjanjikan. Keuntungannya tak seberapa, belum lagi dihitung dengan kerugian ketika cuaca tidak mendukung ataupun serangan hama. Untuk itu, diperlukan sarana yang mampu memotong rantai perniagaan yang cukup panjang untuk komoditas pertanian. Harapannya, petani mampu menyediakan produknya secara langsung ke konsumen sehingga keuntungan yang diperoleh petani pun meningkat. Teknik budi daya kurang presisi Presisi yang dimaksud di sini adalah bertani dengan teknik yang benar dan tepat guna. Di lapangan, pertanian dilakukan berdasarkan naluri dan pengalaman. Jarang sekali petani di Indonesia yang berasal dari kalangan terdidik yang sudah memiliki bekal pengetahuan yang cukup tentang pertanian. Misalnya, pemberian pupuk dengan dosis yang tepat, penanganan hama yang benar, ataupun proses pasca panen yang seharusnya dilakukan sehingga nilai jual produk lebih tinggi. Selain itu, benih yang digunakan sebagai bahan tanam bukanlah benih bersertifikat. Idealnya, pemerintah melalui kelembagaan pertanian melengkapi pengetahuan masyarakat tani dengan menurunkan penyuluh pertanian. Benar, program ini sudah berjalan. Namun, tak jarang pula, penyuluh kurang menguasai masalah pertanian itu sendiri. Alhasil, petani pun bersikeras dengan pengetahuan yang dimilikinya Modal bagi petani Kesulitan yang juga sering menimpa petani adalah mencari modal. Usaha tani yang tidak bisa memberikan kepastian, yakni bergantung pada alam, menyebabkan pemberi kredit enggan mengeluarkan uang kepada wirausahawan di bidang pertanian. Alih fungsi lahan Banyak terjadi di pulau Jawa, padatnya penduduk dengan tingkat kebutuhan yang tingi menyebabkan lahan-lahan pertanian diubah menjadi perumahan dan gedung-gedung bertingkat. Produktivitas yang tidak seberapa ditambah dengan lahan yang semakin sempit menyebabkan perekonomian petani semakin terhimpit. Selain masalah di atas, pastinya masih banyak masalah lainnya yang perlu segera untuk diselesaikan. Penyelesaian masalah tersebut tentunya harus didukung oleh seluruh elemen masyarakat yang terlibat mulai dari petani hingga pemerintah.
Indonesia merupakan negara agraris. Namun, Ketua Umum DPP Himpunan Kerukunan Tani Indonesia HKTI Moeldoko menyebut, masih ada lima persoalan di sektor pertanian Indonesia. Yang pertama adalah masalah lahan. "Tanah kita itu sempit, khususnya di Jawa. Ini memang ada kondisi paradoks, di Jawa tanah sempit penduduk banyak, di luar Jawa lahan luas penduduk sedikit," kata Moeldoko dalam Indonesia Food Summit 2021 yang digelar oleh Media Indonesia, Selasa 25/5. Bukan hanya luas tanahnya yang kurang, kualitas tanah juga dinilainya banyak yang rusak. “Ini karena penggunaan pupuk dan pestisida berlebihan, uncontrol. Tidak menghiraukan bagaimana nasib tanah ke depan," ujarnya. Lalu persoalan kedua adalah mengenai permodalan. Moeldoko yang kini juga menjabat sebagai Kepala Staf Kepresidenan itu menyatakan bahwa hingga saat ini petani tidak menyerap maksimal Kredit Usaha Rakyat KUR karena mayoritas masih unbankable. "Pemerintah telah siapkan KUR. KUR yang disiapkan itu Rp50 triliun lebih tapi daya serapnya tidak seperti yang dibayangkan karena masyarakat kita tidak bankable," ujarnya. Persoalan ketiga terkait teknologi. Menurutnya, petani di Indonesia cenderung tertinggal dalam penyerapan teknologi yang berkembang. Simak Databoks berikut Selanjutnya persoalan manajerial. Moeldoko menambahkan, petani Indonesia belum terbiasa me-manage aspek bisnis dalam kegiatan pertaniannya. Hal itu membuat hasil pertanian tidak optimal. Terakhir, mengenai persoalan pasca panen yaitu losses atau penyusutan. Menurutnya, penyusutan hasil panen bisa mencapai 10% karena pengolahan pascapanen tidak efisien. Kondisi ini bisa diperbaiki dengan memperbaiki alat-alat pengolahan pascapanen. "Dengan cara modernisasi menggunakan alat harvester itu penyusutannya bisa menjadi 3-4%," ujarnya. Moeldoko menambahkan, persoalan yang kerap dihadapi oleh petani di masa panen adalah masalah harga. Pasokan yang besar saat panen kerap membuat harga jatuh. "Persoalan harga, petani sering teriak harga tetap pasar yang mengatakan menentukan antara suplai-demand. Harusnya pemerintah, dalam hal ini Menteri Perdagangan harus bisa mengaturnya," kata Moeldoko.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Pemanfaatan sumber daya alam yang dilakukan manusia yang bertujuan untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, dan lain sebagainya disebut kegiatan pertanian. Dalam pelaksanaannya pertanian sangat erat hubungannya dengan tanah. Tanah merupakan bagian dari permukaan bumi yang terbentuk dari batuan yang mengalami pelapukan. Batuan yang telah mengalami pelapukan akan membentuk padatan mineral. Selain itu, bahan penyusun tanah juga ada yang berupa padatan organik, yaitu berasal dari hasil pelapukan sisa sisa makhluk hidup. Tanah menjadi media tumbuh dari tanaman, tanah yang diolah dengan tepat akan menghasilkan tanaman yang tumbuh optimal sehingga hasil panen yang didapat juga melimpah dan berkualitas. Namun, saat ini hasil pertanian cenderung menurun. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya karena kerusakan pada tanah Kerusakan pada tanah jenisnya bermacam-macam, seperti erosi tanah, lahan kritis, dan pencemaran tanah. Pada dasarnya kerusakan tanah disebabkan oleh perbuatan manusia sendiri. Permasalahan lain seperti sempitnya lahan pertanian. Namun, hal ini kurang mendapat perhatian dari pemerintah. Pemerintah sendiri sedang gencar-gencarnya dengan pembangunan infrastruktur. Infrastruktur seperti jalan bebas hambatan atau yang biasa disebut jalan tol telah banyak memakan lahan pertanian. Jalan tol juga berpengaruh terhadap petani dalam akses menuju sawah dan dalam pengangkutan hasil panen. Selain itu, dengan adanya jalan tol juga dapat memunculkan kawasan pemukiman dan industri baru yang berdampak pada semakin berkurangnya lahan pertanian. Pada lahan pertanian, masalah lain yang sering terjadi yaitu penggunaan pupuk secara berlebihan dan berakibat negatif pada struktur tanah. Salah satu contoh pemanfaatan tanah yang salah seperti dalam penggunaan bahan kimia yang berlebihan untuk menyuburkan tanah. Pupuk memiliki peranan yang sangat penting dalam mencukupi kebutuhan hara tanaman. Pupuk kimia merupakan pupuk yang dibuat oleh pabrik, berasal dari campuran bahan kimia anorganik, dan berkadar hara tinggi. Pupuk dapat bekerja dengan optimal apabila digunakan dalam dosis yang tepat. Sebagian besar petani di Indonesia masih beranggapan apabila semakin banyak pupuk yang diberikan maka hasil produksi pertanian akan semakin baik dan hasil yang akan didapat juga lebih banyak. Pemikiran yang seperti itulah yang membuat pertanian di Indonesia sulit untuk maju. Saat ini, edukasi dan pemahaman tentang dosis pemupukan yang tepat sangat diperlukan untuk petani. Unsur hara yang terkandung dalam pupuk kimia memanglah cepat terurai sehingga lebih cepat terserap oleh tanaman sehingga efeknya akan langsung bisa terlihat pada tanaman. Pemupukan dengan pupuk kimia juga lebih mudah dilakukan karena telah dikonsentrasikan pada jenis unsur tertentu. Selain itu, yang menyebabkan petani gemar menggunakan pupuk kimia adalah harganya lebih murah apabila dibandingkan dengan produk pupuk organik dan hasilnya juga lebih tinggi. Yang paling disukai dari sebagian besar petani tradisional, penggunaan pupuk kimia yang praktis dan simple dalam aplikasi pemupukannya. Dilihat dari sisi keunggulannya, pupuk kimia memang lebih cepat dan efisien dalam penggunaan dan hasil pertanian yang didapatkan. Namun, perlu diingat bahwa penggunaan pupuk kimia yang berlebih dalam jangka panjang akan merusak struktur tanah karena tanah menjadi keras dan pH tanah berubah menjadi masam yang akhirnya akan mengurangi kemampuan untuk menyerap air sehingga lambat laun akan menyebabkan berkurangnya bahkan hilangnya kesuburan tanah. Tidak semua pupuk kimia diserap oleh tanaman. Pastinya, tetap masih ada sisa zat kimia yang akan tertinggal di dalam tanah. Zat kimia tersebut akan membuat tanah menjadi lengket sehingga tidak gembur lagi. Tanah yang tidak gembur akan membunuh organisme yang menyuburkan tanah. Selain itu cacing dan serangga juga tidak akan bertahan hidup apabila unsur hara dalam tanah minimum sehingga nantinya akan mempengaruhi tingkat kesuburan tanah kedepannya. Di samping kualitas tanah yang menurun, penggunaan pupuk kimia yang berlebihan juga mengakibatkan kerugian seperti pemborosan karena pupuk tidak tersimpan lama dalam media tanam dan hanya memiliki satu atau beberapa unsur hara saja seperti urea hanya memiliki unsur nitrogen. Petani di Indonesia diharapkan dapat beralih dari penggunaan pupuk kimia ke pupuk organik. Walaupun penyerapan dan daya urai pupuk organik lebih lama dibandingkan dengan pupuk kimia. Penggunaan pupuk organik dalam jangka panjang sangat baik karena unsur haranya dapat meningkatkan kapasitas tukar kation tanah sehingga akar tanaman mudah menyerap unsur-unsur hara yang terdapat di dalam tanah. Selain itu apabila menggunakan pupuk organik hasil yang produksi yang didapat juga lebih aman dan sehat. Angger Dara K, Arief Setyawan, Calvin Mahardika, Febiana Suci I. Program Studi Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret. Lihat Nature Selengkapnya
jelaskan permasalahan pertanian di indonesia jika dilihat dari kualitas tanahnya